Foto: Denny Adhietya |
Aksi
Kamisan pekan ke-604 kembali dilaksanakan di depan Istana Negara, Jakarta,
Kamis (3/10/2019) menyuarakan kritik terhadap aparat kepolisian yang bertindak
repserif kepada massa aksi yang turun langsung dalam aksi #ReformasiDikorupsi
sepekan belakangan ini.
Seperti
pada aksi dipekan pekan sebelumnya, massa aksi terlihat kompak mengenakan
pakaian serba hitam dan juga payung hitam. Pada aksi tersebut, terbuka ruang
diskusi bersama pembicara Alghiffari Aqsa mantan ketua LBH dan Otto Syamsuddin
Ishaq mantan ketua Komnas HAM. alghif mengatakan bahwa aparat sudah terlalu
represif kepada massa aksi, hingga menyebabkan terjadi korban meninggal dan
juga beberapa mahasiswa luka-luka.
“Apa-apa
langsung gas air mata, itu namanya pelanggaran Perkap, Bapak-Bapak Polisi yang
kami hormati. Kami mau polisinya lebih humanis. “ ucap Alghif di tengah peserta
aksi kamisan yang juga dijaga oleh aparat kepolisian di depan Istana Negara.
Alghif
kemudian menambahkan dalam diskusi pada aksi kamisan tersebut bahwa seharusnya
polisi memahami rangkaian untuk tahapan penanganan massa aksi, mulai dari
membujuk demonstran, peringatan lisan, dan kemudian penggunaan senjata tumpul.
“Polisi
harusnya memahami rangkaiannya, tidak perlu represif jika paham alurnya,
kejadian sepekan belakangan ini kelewatan, sampai ada yang meninggal,” Sambung
alghif.
Foto: Denny Adhietya |
Selain Alghif, yaitu Jali salah satu pengurus aksi kamisan bagian penggalangan dukungan publik menyayangkan tindak represif aparat yang sudah sangat brutal terhadap aksi massa yang terjadi diberbagai daerah. Ia menambahkan bahwa kita tidak bisa diam jika memiliki aparat kepolisian seperti ini. “ Penyebaran hoax oleh aparat terkait ambulans, grup whatsapp stm yang disadap, menuduh adanya aksi bayaran, ini udah kelewatan, tapi kebenaran akan punya posisinya sendiri dan harusnya polisi berkaca dan evaluasi.” Ucap jali saat sedang diwawancarai.
Jali
mengatakan bahwa negara kita sedang tidak baik-baik saja, acara kamisan ke-604
ini menjadi penekanan untuk kita sebagai warga negara agar peduli dan peka
terhadap negara sendiri. “ Harapan gua, hal-hal yang terjadi akhir-akhir ini
menjadi tolak ukur untuk kita sebagai warga negara yang peduli untuk
mengingatkan ke sesama agar concernnya bisa
satu supaya kita gak jatuh terlalu jauh ke bawah.” Sambung Jali.
Disisi lain, saat acara aksi
kamisan berlangsung ada hal yang menarik pada peserta aksi yang datang yaitu adanya
beberapa pelajar yang sengaja hadir untuk turut serta dalam acara kamisan yang
diadakan di depan Istana Merdeka. Kesar mengatakan bahwa ia hadir karena diajak
temannya dan karena rasa ingin tau terhadap aksi kamisan.
“Dateng kesini sih karena diajak temen, terus juga sebenernya pengen tau juga aksi kamisan tuh kayak gimana,” ucap kesar salah satu pelajar dari SMK Purnama 1 Blok M. Kesar juga menambahkan ia dan rekan-rekannya turun ke jalan atas keresahan RUU KPK dan RUU KUHP sehingga terlibat langsung untuk aksi di tanggal 30 September 2019. Walaupun sempat dikabarkan akan ada ancaman dari pihak sekolah jika ikut aksi akan dikeluarkan dari sekolah namun tidak membuat Kesar kapok untuk nantinya ikut aksi lagi.
Bagaimana dengan perkembangan kasus HAM? Sunyi sekali.
BalasHapus